Enam Tips Dalam Membuat Presentasi Bisnis

Sebagian besar orang yang bekerja di dunia bisnis, bahkan di sebagian besar organisasi, pasti sudah mengenal presentasi. Membuat presentasi adalah kegiatan yang nyaris terpisah dari tujuan utama sebuah organisasi. Kemampuan membuat presentasi yang baik adalah sebuah keterampilan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan bisnis manapun, tapi kalau anda benar-benar harus membuat presentasi, di bawah ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, pikirkan dengan hati-hati tentang harapan para pemirsa anda. Mengapa presentasi ini diperlukan, mengapa anda membuatnya, informasi apa ingin anda sampaikan? Rancanglah presentasi anda agar hanya berisi informasi yang paling baik disampaikan secara lisan. Sebagian besar informasi mendetail akan jauh lebih baik bila disampaikan  lewat tulisan. Jadi, buatlah handout, dan berikan kepada pemirsa anda setelah presentasi selesai.

Kedua, pikirkan tentang peranan alat bantu visual. Kalau anda benar-benar yakin bahwa kata-kata anda akan makin jelas atau kuat bila dibantu dengan visual, maka buatlah visual tersebut. Tapi, ingat selalu bahwa kata-kata anda lebih penting dari visual tadi. Salah satu alat untuk menciptakan visual adalah Microsoft PowerPoint.

Penggunaan PowerPoint yang salah dapat menjadi penyebab rusaknya presentasi, jauh lebih banyak dibandingkan penyebab lain. Kita manusia sangat pandai memahami gambar dengan cepat, dan sebaliknya, kita tidak begitu cepat membaca tulisan. Makin banyak kata yang harus kita baca, makin lama waktu yang dibutuhkan, dan semakin besar pula gangguan terhadap pemahaman kita akan apa yang sedang diucapkan. Nah, sekarang pikirkan tentang aspek fisik pemirsa anda. Bayangkan orang yang ada di paling belakang. Seberapa besar ukuran huruf anda agar mudah terbaca dari belakang? Jangan sampai anda harus berkata “Maaf, barangkali ada beberapa orang yang tidak bisa membaca tulisan ini….”

Ketiga, latihlah apa yang ingin anda ucapkan. Hitung waktu yang anda butuhkan, dan pastikan bahwa waktu tersebut lebih rendah dari jatah yang anda miliki. Ketika anda menyajikan presentasi, anda akan bicara lebih lambat, dan butuh waktu lebih lama dibandingkan saat latihan.

Keempat, tulislah teks akhir anda, buatlah ringkasan dengan bullet-point, dan berlatihlah menyajikan presentasi memakai catatan tadi. Bila anda merasa visual bisa meningkatkan kesan atau pemahaman, berlatihlah menggunakan visual. Jangan pernah satu kalipun berbicara ketika anda sedang menatap visual. Selalu tatap pendengar anda ketika berbicara. Milikilah kepercayaan diri: jangan pernah menatap visual anda.

Kelima, ingat bahwa anda perlu memulai presentasi anda dengan ringkasan berisi apa yang akan anda bicarakan, dan akhiri dengan ringkasan tentang apa yang telah anda ucapkan. Kalau pemirsa anda mendengarnya hingga tiga kali, mereka mungkin akan ingat sebagian di antaranya!

Keenam, dan terakhir, kalau anda perlu membuat atau menyajikan presentasi dalam bahasa yang bukan bahasa asli anda, anda harus meminta penutur asli mendengarkan presentasi anda lebih dulu untuk memastikan bahwa bahasa, nada, dan pilihan kata yang anda pakai sudah tepat. Kalau anda harus memakai bahasa Inggris, dan anda cukup beruntung untuk tinggal di Jakarta, mengapa tidak meminta tim Aim membantu anda?

Nuansa Warna Bahasa Inggris

Bahasa Inggris bisa menjadi bahasa yang dingin, akurat, “hitam dan putih”, kalau memang itu yang anda perlukan.

Anda bisa memakai bahasa Inggris dengan sangat akurat untuk mengucapkan apa persisnya yang ingin anda katakan. Pengacara dan ilmuwan punya istilah khusus sendiri, tapi orang biasa seperti kitapun juga bisa mengucapkan apa yang kita maksud dengan akurasi yang tinggi.

Kebanyakan buku teks Bahasa Inggris berfokus pada kejelasan makna. Lagipula, siapa yang mau menanamkan waktu dan uang untuk belajar sebuah bahasa, kalau ternyata bahasa itu tidak bermakna jelas bagi orang lain?

Tetapi, kesenangan yang sebenarnya dalam memakai Bahasa Inggris tidak cuma ada pada akurasi yang ditawarkannya. Justru yang paling menarik bagi saya adalah fleksibilitas-nya. Bahasa Inggris mampu menghasilkan puisi yang indah, humor yang sangat lucu, prosa yang membangkitkan semangat, dan masih banyak lagi.

Untuk mengetahui dari mana fleksibilitas ini berasal, anda perlu tahu sedikit tentang asal-usul bahasa Inggris. Jadi, silahkan lirik peta dunia.

Inggris pada dasarnya merupakan bagian selatan dari sebuah pulau kecil di barat laut daratan Eropa. Negara ini sejak lama merasakan invasi dan migrasi. Di jaman pra-sejarah, Inggris berkali-kali mengalami migrasi berbagai kelompok etnis dari Eropa yang datang dan meleburkan bahasa-bahasa mereka bersama-sama.

Lalu bangsa Romawi tiba sekitar 2000 tahun yang lalu, dan menetap selama kurang lebih 400 tahun, sambil menambahkan bahasa Latin Mediterania ke campuran bahasa dari berbagai etnis tadi. Kemudian datanglah berbagai suku dari Jerman, dan bangsa Viking dari Skandinavia.

Sekitar seribu tahun yang lalu, bahasa yang dikenal dengan nama Anglo-Saxon sudah mulai mapan, tetapi kemudian bangsa Normandia datang menginvasi dari Perancis. Mereka sendiri memiliki asal-usul dari Skandinavia, tetapi sehari-harinya memakai nenek moyang bahasa Perancis modern.
Tak heran kalau seluruh bahasa ini melebur bersama dan bahasa Inggris terkadang jadi membingungkan!

Contohnya bangsa Normandia. Setelah mengalahkan King Harold (di pertempuran Hastings tahun 1066), yang pada dasarnya juga seorang Viking dari Skandinavia, mereka menempatkan diri di puncak piramida sosial dan menjadi kelas penguasa. Di dalam istana, mereka menggunakan bahasa Perancis Normandia, sementara orang-orang di desa memakai bahasa Inggris Anglo-Saxon. Inilah sebabnya kami pakai kata-kata “cow” dan “cattle” untuk menyebut sapi dan ternak, tetapi kami menyebut “beef” untuk daging sapi. “Cow” berasal dari akar Anglo-Saxon, sedangkan “beef” berasal dari bahasa Perancis Normandia.

Kedua bahasa utama ini butuh waktu berabad-abad sebelum menemukan bentuknya menjadi satu bahasa yang mapan. Pada masa hidup penulis terbaik Inggris (William Shakespeare, 1564 sampai 1616) bahasa Inggris telah mulai berbentuk seperti yang kita kenal sekarang ini. Seorang anak usia sekolah di Inggris tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami Shakespeare, tapi akan sangat sulit bagi mereka memahami tulisan dari satu abad sebelumnya.

Shakespeare jelas-jelas merupakan pemakai bahasa yang sangat hebat, tetapi barangkali ia juga merupakan pencipta bahasa yang paling penting. Hasil karyanya benar-benar penuh dengan kata-kata (hampir 3000 kata!) dan frase yang belum pernah ada, atau setidaknya belum pernah ditulis, sebelum ia menulisnya.

Sangat sulit menggambarkan besarnya hutang budi bahasa Inggris kepada Shakespeare, tanpa membuat bosan pembaca dengan ratusan contoh. Tetapi saya akan memberi anda tiga frase yang diciptakan Shakespeare untuk kami.

Pertama, ini dia frase yang harus ada di tiap even olahraga di mana para atlit bermain jujur, karena kita semua ingin melihat “fair play”. Shakespeare menciptakan frase ini dalam salah satu dramanya (King John) yang tidak terlalu terkenal dibanding karyanya yang lain, tetapi frase tersebut dipakai secara universal di manapun bahasa Inggris dipakai.

Kedua, kami punya frase yang berarti “sekaligus”. Misalnya, kami bilang “The police captured the gang in “one fell swoop””. Artinya, polisi menangkap para penjahat itu tiba-tiba, dan sekaligus semuanya pada saat yang sama. Hanya sedikit penutur asli bahasa Inggris yang akan mengenali bahwa frase tersebut merujuk pada praktek pemeliharaan elang falcon, atau bahwa arti dari “fell” bukanlah bentuk lampau “fall”, melainkan sebuah istilah deskriptif kuno yang berarti “mematikan”. Jadi frase “one fell swoop” berarti gerakan seekor elang falcon menyambar mangsanya secara tiba-tiba dan mematikan. Kebanyakan penutur asli memakainya dengan senang hati tanpa pernah menduga bahwa Shakespeare-lah yang menciptakannya!

Dan terakhir, ini dia frase yang sering anda dengar meski tidak seorangpun yang ingat bahwa frase in diciptakan oleh Shakespeare! Ketika, misalnya, seorang bos yang tidak disukai dipecat, atau sebuah rejim pemerintahan yang buruk diturunkan dari kekuasaan, kita menyebutnya “a good riddance”. Sebenarnya, kata “riddance” sudah tidak ada lagi, tetapi sama sekali tidak masalah bagi kami memakai kata yang sebenarnya sudah tidak ada untuk mengungkapkan kepuasan kami ketika sesuatu atau seseorang sudah dibuang jauh, selamanya.

Untuk saya, asiknya berbahasa Inggris adalah karena berbagai sumber etnis di dalamnya serta upaya beberapa penulis jenius telah memberi “warna” pada bahasa ini. Warna ini membuat bahasa Inggris bisa menjadi lucu, sedih, dan memberi semangat – semuanya dalam satu kalimat saja kalau anda mau! Dengan warna ini anda bisa spontan, atau memakai kata-kata yang tidak biasa supaya memperoleh dampak yang anda mau.

Variasi bahasa Inggris yang digunakan dengan baik akan sangat indah dibaca atau didengar. Dan bahasa Inggris tidak harus jadi bahasa ibu kalau anda ingin memakainya dengan pernuh warna. Siapapun yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa tambahan bisa belajar “mewarnai” bahasa ini. Seperti biasa, yang penting anda bekerja keras dan punya bimbingan yang baik.

Untungnya, kalau anda tinggal di Jakarta, para profesional di Aim dapat mengajarkan anda memberi warna pada bahasa Inggris anda, sambil membantu meningkatkan kepercayaan diri anda saat menggunakannya.

Rapat di Kantor – Kendala dan Peluang

Apakah Anda terkadang merasa bahwa setengah dari dunia bisnis adalah “duduk di rapat”? Dan karena paling tidak 20% dari waktu yang kita gunakan dalam rapat adalah waktu yang terbuang sia-sia, apakah Anda pernah bertanya-tanya siapakah yang sebenarnya menjalankan bisnis sekarang ini?

Rapat merupakan sebuah paradoks. Rapat adalah sumber frustrasi terbesar dalam dunia kerja, dan juga merupakan peluang terbaik untuk menyelesaikan segala hal. Rapat adalah kegiatan kerja yang paling umum, namun pada saat yang bersamaan juga merupakan kegiatan yang paling sulit dimengerti.

Lalu, apa pentingnya rapat internal pada sebuah perusahaan? Ada beberapa hal penting terkait dengan rapat, tetapi kesemuanya terpusat pada keuntungan-keuntungan yang bisa didapatkan dari mengumpulkan beberapa orang secara bersamaan pada waktu yang sama. Ada rapat yang diselenggarakan sehingga para pesertanya mendapatkan informasi yang sama. Ada juga rapat yang diadakan sehingga setiap peserta rapat dapat mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Ada juga rapat yang menggabungkan kedua hal tersebut diatas, dan ditambah lagi pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang diputuskan dalam rapat tersebut.

Apapun alasan dari penyelenggaraan sebuah rapat, ada 5 hal penting yang harus diperhatikan sehingga sebuah rapat dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

1.   Pastikan bahwa setiap orang yang mengikuti rapat mengetahui dengan pasti kapan dan dimana rapat tersebut akan diadakan, apa yang akan dibicarakan, sehingga mereka dapat mempersiapkan informasi yang relevan sebelum rapat di mulai, dan mereka juga harus tahu kapan rapat tersebut akan selesai.

Jika tujuan dari rapat hanya untuk menyampaikan sebuah informasi tertentu, maka patut dipertimbangkan untuk tidak mengadakan rapat sama sekali. Kita membaca lebih cepat daripada berbicara, jadi kalau informasi tersebut dapat disampaikan sebelum rapat, lalu apa gunanya rapat?

Selain itu, kita juga harus memperhatikan jumlah peserta rapat. Menurut pengalaman saya, jika dalam suatu rapat terdapat lebih dari 7 orang peserta, maka tidak akan tercapai sebuah “kata sepakat”; jika hal ini terjadi, maka kita hanya bisa menginformasikan beberapa hal tertentu kepada mereka dan mungkin melakukan pemungutan suara terbanyak.

2.   Mulailah tepat waktu. Jangan menunda, jangan menunggu. Kebanyakan rapat tidak dimulai tepat waktu, dengan kata lain sudah keluar jalur bahkan sebelum sepatah katapun terucap. Jika hal ini terjadi beberapa kali, maka para peserta rapat mulai berpendapat bahwa mereka tidak harus datang tepat waktu untuk menghadiri suatu rapat, “karena pasti akan selalu ada yang datang terlambat”. Dan yang dimaksud dengan “tepat waktu” disini berarti Anda sudah duduk di tempat Anda dengan dokumen-dokumen yang sudah tertata rapi di depan Anda, dan handphone yang sudah dalam keadaan mati bahkan sebelum rapat di mulai.

Dulu saya bekerja untuk sebuah perusahaan Jerman, dan seperti itulah rapat yang terjadi disana. Semua orang siap pada tempatnya masing-masing, ngobrol, sampai pemimpin rapat/bos/fasilitator membunyikan gelasnya dan memulai rapat. Mungkin cuma kebetulan, tapi rapat-rapat yang saya hadiri pada saat itu adalah rapat-rapat yang paling produktif sepanjang ingatan saya.
3.   Pastikan setiap poin dalam agenda Anda mencakup keseluruhan detail yang diperlukan. Selain itu, seringkali akan sangat membantu jika Anda memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk membicarakan setiap poin tersebut dan menuliskannya dalam agenda Anda. Kalaupun tidak, pastikan bahwa hal-hal yang menjadi prioritas utama dibicarakan terlebih dahulu pada saat rapat. Dengan demikian, jika waktu rapat tidak mencukupi maka hal-hal penting tersebut tidak disampaikan dengan tergesa-gesa pada akhir rapat.

4.   Catatlah. Beberapa rapat mengharuskan adanya catatan mengenai siapa yang berkata apa, atau lebih sering dikenal sebagai notulen. Membuat notulen adalah tugas yang membutuhkan keahlian dan tidaklah begitu mudah, dan siapapun yang melakukannya tidak akan mungkin dapat berpartisipasi secara penuh. Beberapa rapat yang lain hanya membutuhkan tidak lebih dari sekedar daftar hal-hal yang telah disepakati. Setiap peserta rapat dapat menjadi notulis, sehingga ada baiknya jika setiap peserta secara bergantian mendapatkan kesempatan dan pengalaman untuk menjadi seorang notulis.

5.   Bertidaklah! Jangan menunggu sampai rapat berikutnya! Catatlah hal-hal yang harus Anda kerjakan, dan lakukanlah sesegera mungkin, dan laporkan hasilnya pada rapat berikutnya.

Rapat yang baik merupakan sebuah perangkat yang kokoh. Sekelompok orang berbagi informasi yang sama, dan bekerja guna mencapai tujuan yang sama pula. Rapat yang buruk menghancurkan, menghilangkan keterikatan, merusak hubungan kerja, dan menciptakan tekanan di dalam kelompok tersebut. Tetapi tidak benar kalau semua kesalahan ditimpakan pada pemimpin rapat apabila sebuah rapat tidak berjalan dengan baik. Setiap peserta punya peranan di dalamnya. Mereka harus siap dengan topik rapat, mematuhi etika rapat, berbicara pada waktunya, dan berbicara dengan singkat dan langsung pada pokok permasalahan.

Secara umum, bahasa yang digunakan di dalam rapat lebih “formal” daripada bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Saya pernah menghadiri rapat di mana para pesertanya disapa dengan menggunakan posisi jabatan masing-masing. Dan pada rapat-rapat lainnya, para peserta tidak berbicara secara langsung satu sama lain. Pada rapat di mana bahasa yang digunakan bukanlah bahasa Anda maka hal ini akan terasa sulit bagi Anda. Meskipun saya pernah merasakan menjadi “orang luar” namun saya terkesima ketika saya lihat partner-partner kerja saya yang orang Belanda dan Jerman dengan sangat mudah berdiskusi dengan memakai bahasa saya – bahasa Inggris – dan bukan bahasa mereka sendiri! Terkadang saya harus meninggalkan ruang rapat, dan ketika saya kembali ternyata mereka masih berbicara menggunakan bahasa saya dan bahkan tidak beralih ke bahasa Belanda atau Jerman.

Jika Anda mempunyai masalah dalam mempersiapkan dan menghadiri rapat yang tidak menggunakan bahasa Anda dan Anda tinggal di Jakarta, tim kami siap membantu Anda.

Bagaimana Perusahaan Anda Bisa Bertahan Menghadapi Resesi

Dengan adanya gelombang resesi di seluruh dunia, kita bisa melihat bagaimana para pengamat, khususnya di Amerika dan Eropa, merespon. Sebagian besar terkesima mendengar kabar buruk ini. Sebagian besar lainnya tidak dapat membayangkan apa yang ada di balik penurunan ini nantinya.

Para politisi, terutama di Negara-negara demokrasi barat, mencari paket stimulus ekonomi yang dapat mempersingkat masa resesi dan menyelamatkan orang dari kehilangan pekerjaan, termasuk diri mereka sendiri!

Akan tetapi baik apakah rencana stimulus tadi akan “berhasil” atau tidak, penurunan global ini tetap akan berakhir pada suatu saat. Dan ada banyak pelajaran dari masa lampau yang bisa membantu kita saat masa pemulihan itu tiba.

Hal pertama yang penting diingat adalah satu hal ini: Pasti akan ada pemulihan! Jangan putus asa. Banyak bisnis yang akan berhasil menghadapi resesi. Mungkin tidak semua bisnis akan selamat, itu betul. Tetapi sebagian besar akan bisa bertahan dan justru tumbuh lebih kuat, lebih mapan dan dikelola dengan lebih baik.

Pelajaran kedua dari masa lampau yaitu bahwa kita perlu berhati-hati saat pemulihan dimulai karena banyak juga yang gagal di tahap awal pemulihan, hampir sebanyak mereka yang gagal di masa resesi.

Hal terakhir yang perlu diingat yaitu bahwa kondisi pasar akan berbeda setelah resesi. Kesempatan-kesempatan baru akan muncul, dan peluang-peluang lama akan hilang selamanya. Lingkungan kompetitif akan berubah, dan teknologi baru akan muncul. Karenanya, manajemen membutuhkan pola pikir yang sangat fleksibel dan mampu memanfaatkan setiap kesempatan. Kita tidak akan bisa sukses bila kita berbisnis di masa depan, misalnya 2010, dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan di tahun 2008.

Satu hal terakhir. Pada ekonomi baru pasca resesi kebutuhan akan bahasa Inggris di dunia bisnis akan semakin tinggi, jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Hubungi Aim For English untuk mengetahui bagaimana kami bisa membantu anda.

Mandarin vs English?

Back in the day, when I was at school in England (this was a long time ago!) we all had to learn to speak French. This was mainly because France is the UK’s nearest neighbour and, consequently, its traditional enemy. In my school no one studied German or Spanish. But many boys, when they reached the last two years of their education, did put time and effort into two “dead” languages- Latin and Classical Greek. Looking back, it’s difficult to imagine why the school thought that learning languages that no one had actually spoken in real life for more than 2000 years was a good idea.

Over the next 5 decades (I told you that this happened long ago) the pattern of language education in the UK has changed. Broadly speaking there has been a steady decline in the numbers of British children studying any foreign language at all. German and Spanish have been encouraged, French is still the most taught language, and the dead languages have pretty well disappeared, but children seem not to feel that learning foreign languages is a good use of their time.

The reason for the decline is most likely two-fold. First, there’s a growing perception that “everyone speaks English”, so it’s better to spend your time doing other things. Even when an English person in Europe tries to speak the local language, chances are that the person they’re talking to will be eager to reply in English, so as to practise their own skills! And secondly, language learning is hard work, and children are not naturally drawn to hard work.

But I have been reading an article on the BBC website about a town in England with a growing enthusiasm, in one school at least, for teaching Mandarin Chinese. It does seem odd that one of the world’s most difficult “foreign” languages should see growing enthusiasm in one of England’s most “English” small towns. I’m guessing that it reflects China’s recent emergence on the global stage, and a sense of mystery about the country, its people, and the long-term impact of its new prosperity.

It shouldn’t be based on the thought that Mandarin will ever be a global language. It simply takes too many years’ full time study to achieve a working fluency in this complex, tonal tongue.

China’s people certainly understand that English is the tool they need in the international arena. In fact there are said to be more Chinese people learning English, than there are native English speakers in the entire world.

Now, English is absolutely the most studied international language in Indonesia. And like all foreign languages it takes effort to learn to speak it well. But AIM is one language school that really makes sure that the effort you have to make will get the fastest results. No gimmicks, no “special offers”, no unrealistic promises. Just great teaching, a great atmosphere, and growing numbers of former students working and studying abroad, and doing globally connected jobs in Indonesia.

Budaya Korporasi dan Pembelajaran Bahasa

W H Whyte mempublikasikan karyanya, “The Organization Man,” pada tahun 1956.  Karya tersebut merupakan upaya awal – bahkan mungkin upaya yang pertama sekali – untuk menggambarkan dampak dari budaya sebuah organisasi terhadap perilaku karyawannya. Sejak tahun 1956 kita semua telah mulai menyadari bahwa ada terdapat berbagai jenis budaya, yang masing-masing disertai dengan jenis-jenis perilaku yang berbeda. Dengan demikian, definisi yang menyatakan bahwa budaya adalah “cara kita melakukan berbagai hal di sekitar kita” merupakan definisi yang tepat.

Budaya korporasi yang kuat adalah hal yang sangat berguna. Ia membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih dapat diprediksi. Ia membantu para perekrut untuk mempekerjakan orang-orang yang akan cocok bekerja di dalan sebuah korporasi. Ia bahkan memberikan kontribusi pada nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah merek perusahaan.

Akan tetapi, budaya perusahaan juga dapat memiliki kekurangan ketika para staf diharuskan berperilaku di luar norma budaya mereka. Contohnya, akan sulit bagi seorang manajer yang terbiasa dengan budaya bisnis yang mengalir bebas ketika ia dihadapkan pada penerapan standar-standar keselamatan secara ketat. Itulah sebabnya mengapa di seluruh dunia, bekerja untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi merupakan sesuatu yang sangat berbahaya.

Hampir seluruh budaya korporasi yang efektif akan memberikan penghargaan pada kesuksesan, sementara sebagian besar lainnya akan mencemooh kegagalan. Hal seperti ini cenderung menghasilkan pola pikir yang selalu ingin menghindari resiko pada sebagian besar karyawan. Dan ini adalah pola pikir yang terburuk apabila kita ingin belajar bahasa.

Ketika sebuah organisasi menginginkan karyawannya mempelajari sebuah bahasa asing, seketika itu pula terjadi benturan budaya.

Cobalah pikirkan. Setiap kali seorang pembelajar bahasa membuka mulut, atau mengangkat pena, untuk menghasilkan sepotong ungkapan dalam bahasa asing, ia harus mengambil resiko bahwa apa yang dihasilkannya akan “salah” karena satu atau lain alasan. Biasanya tidak sepenuhnya salah, melainkan kurang tepat atau secara situasional kurang cocok. Semakin sering mereka mengambil resiko, semakin banyak yang akan mereka pelajari. Belajar bahasa berarti berani mengambil resiko. Kalau kita semua menolak menghasilkan sebuah ungkapan bahasa yang mungkin salah, kita tidak akan pernah mampu menggunakan bahasa lain kecuali bahasa asli kita sendiri.

Di tahun-tahun pertama kehidupan kita, kita mempelajari bahasa dengan intensitas yang tinggi. Kita menghasilkan kemajuan yang sangat pesat setiap harinya. Sewaktu kecil, kita tidak tahu bahwa kita harus menghindari kegagalan, jadi kita mulai berbicara dengan mengucapkan berbagai bunyi, lalu meningkat menjadi kalimat berisi satu kata, dan perlahan-lahan kelancaran kita dalam berbicarapun tumbuh.

Sebagai seorang pebelajar yang sudah memasuki usia dewasa, kita mungkin tidak akan pernah belajar dengan kecepatan yang sama seperti halnya kecepatan seorang anak kecil, tetapi kita bisa meningkatkan kesempatan kita dengan secara aktif merengkuh kemungkinan bahwa kita melakukan kesalahan, lalu belajar dari kesalahan tersebut, dan terus maju. Kita perlu mengesampingkan budaya korporasi kita dan berfokus pada proses belajar itu sendiri, dan berhenti memikirkan bahwa apa yang akan kita ucapkan atau tuliskan mungkin “salah”.

Lingkungan fisik yang netral dan santai bisa membantu mengatasi benturan tadi. Jauh dari kantor, kita mungkin akan merasa lebih mudah melupakan budaya kantor. Tetapi tetap saja, guru yang hebat adalah kuncinya. Guru yang akan membantu anda mencapai kemajuan tanpa rasa takut akan kegagalan. Guru yang akan memastikan bahwa proses belajar anda menyenangkan, dan membuat anda terkagum-kagum akan kemajuan yang anda sendiri capai .

Perubahan Iklim (untuk siswa internasional)

Tidak – ini bukan artikel tentang Pemanasan Global! Yang sesungguhnya, saya sedang memikirkan salah satu kesenangan yang bisa kita dapat dengan berkeliling dunia, itu sebabnya saya bilang iklim berubah, karena kita berpindah dari satu negara ke negara lain.

Nah, saya sendiri berkebangsaan Inggris. Dan di dunia ini tidak ada orang yang bicara tentang cuaca sebanyak orang Inggris. Ini karena kami punya begitu banyak cuaca yang berbeda. Malahan, lihat saja kata-kata yang saya pakai. Di negara lain, wilayah lain, orang bicara tentang “iklim”. Inggris punya “cuaca”. “Iklim” memiliki implikasi sebuah kondisi yang tidak berubah, atau berubah dengan lambat. “Cuaca” berimplikasi perubahan cepat, tidak dapat diprediksi.

Satu alasan mengapa Inggris Raya, terutama Inggris, menjadi pionir paket-paket liburan pendek di tahun 1950an adalah kebutuhan akan sinar matahari dan udara hangat setidaknya selama beberapa hari penuh, setiap tahunnya. Kami sangat, dan masih sangat suka pergi ke Spanyol, Prancis, Turki, atau ke daerah mana saja yang punya “iklim”. Ke mana saja asalkan ada jaminan bahwa sinar matahari dan cuaca hangat tidak akan terganggu selama 1-2 minggu.

Sayangnya, begitu besar tuntutan untuk liburan di daerah dengan sinar matahari sampai-sampai orang Inggris cenderung pergi secara masal ke resort pinggir pantai di mana kami menghabiskan seluruh waktu kami bergaul dengan sesama orang Inggris, makan (hampir selalu) makanan Inggris, dan kulit (sering) terbakar parah karena kami (umumnya) tidak terbiasa dengan sinar matahari!

Alasan mengapa Inggris Raya seperti memiliki obsesi akan matahari akan gampang dipahami bila anda melihat peta dunia. Pertama, kami terletak di tepi sebelah barat Eropa sehingga kami terekspos angin kencang dari Laut Atlantik Utara. Kedua, lihat saja betapa jauhnya letak kami ke arah utara. London ada di sisi terjauh selatan Inggris, dan itupun hanya 51° Lintang Utara. Masih jauh lebih utara dibandingkan Hokkaido, pulau utama Jepang di sebelah utara, di mana salju turun besar-besaran. London terletak lebih utara dari semua tempat di Amerika. Satu-satunya alasan mengapa Inggris tidak membeku di musim dingin adalah karena arus Atlantik membawa air hangat naik dari Teluk Meksiko, dan angin bertiup ke arah barat membawa udara hangat tadi ke arah kami!

Makanya, tidak heran bila salah satu kesenangan terbesar bagi orang Inggris dalam melakukan perjalanan adalah ketika turun dari pesawat dan merasakan udara panas dan lembab dari sebuah tempat di mana terdapat “iklim”. Panas kering di Mesir, atau panas lembab di Indonesia. Campuran hawa panas, langit biru dan lautan biru Yunani atau Turki.

Kami sangat jarang berpikir tentang bagaimana rasanya kalau perjalanan ini dibalik. Apa yang dirasakan pendatang dari Asia, misalnya, ketika ia turun dari pesawat di London, Amsterdam atau Berlin, di musim dingin? Kombinasi hari yang pendek, malam yang panjang, angin dingin, hujan? Pastilah suatu kejutan besar bagi seseorang yang tidak pernah merasakan hawa dingin yang sebenarnya kecuali ketika mall tempat mereka berbelanja memasang AC terlalu tinggi!

Saya sadar bahwa pembahasan ini sudah terlalu panjang. Dengan posisi 51° Lintang Utara, siang hari  di Inggris panjangnya 16-17 jam di pertengahan musim panas, dan malam hari tidak pernah betul-betul gelap.  Musim dingin jauh berbeda. Di bulan Desember, siang hari hanya berlangsung dari jam 9.00 pagi sampai jam 4.00 sore.

Iklim, atau cuaca, macam apa yang perlu anda rencanakan juga merupakan bagian yang menyenangkan, atau mungkin menyulitkan, dari perjalanan anda, tergantung dari sudut pandang anda. Kalau anda misalnya berasal dari Indonesia dan pergi ke Eropa utara, saya pikir sebagian besar masalah akan muncul di musim dingin di Eropa, di mana suhu rata-rata akan turun jauh di bawah suhu yang biasa di Indonesia. Malahan, suhu rata-rata di musim panas sekalipun (Juni, Juli dan Agustus) sangat jarang mendekati suhu di Indonesia. Dan hujan bisa selalu datang tiba-tiba. Dan hujan itu dingin rasanya!

Bagi orang Indonesia yang bekerja atau belajar di luar negeri, cuaca (atau iklim) pastilah menjadi salah satu hal yang perlu direncanakan. Anda perlu belajar memakai berlapis-lapis pakaian pada hari yang terdingin di wilayah lintang utara, atau bahkan topi dan sarung tangan sekaligus. Sepatu anda juga pastinya akan lebih berat dari yang biasa anda pakai, dan jaket anti air/anti angin untuk musim dingin. Masalah saya waktu datang ke Indonesia justru bagaimana memilih kaos dan celana yang ringan!

Pergi ke Eropa utara, Amerika, Kanada, Australia atau New Zealand untuk kunjungan panjang atau sementara, anda tetap harus memikirkan iklim di wilayah yang anda kunjungi, dan cuaca secara umum selama periode kunjungan anda. Siapkan diri anda untuk perubahan musim, perubahan suhu, dan perbedaan panjang siang dan malam yang akan anda alami.

Dan kalau anda cukup beruntung untuk tinggal di Jakarta, jangan lupa bahwa ada tim di AIM, Manggarai yang dapat membantu anda bersiap-siap menghadapi cuaca di tempat tujuan anda, sambil pada saat yang sama membantu anda belajar Bahasa Inggris.

Culture Shock (dan bagaimana menghadapinya?)

Sewaktu muda, saya tinggal dan bekerja selama tiga tahun di Jepang. Dalam banyak sisi, tiga tahun tersebut memberi saya pengalaman yang penuh informasi dan membentuk kepribadian saya, terlebih karena saya mengalami sendiri yang namanya gegar budaya atau culture shock, bagaimana rasanya, dan bagaimana mengatasinya.

Culture shock atau gegar budaya adalah hal yang nyata. Ia terjadi di mana saja, sangat terasa dan biasanya datang tiba-tiba. Makanya disebut shock!

Budaya negara asal kita tertanam secara mendalam di masa kecil. Kita tidak perlu melakukan hal khusus apapun untuk memperoleh budaya ini. Cukuplah kita tumbuh dewasa dan bergaul dalam masyarakat, bertemu teman dari negara dan budaya yang sama, mengikuti perkembangan terbaru di bidang mode, teknologi dan berita hangat lainnya. Budaya seringkali didefinisikan sebagai “cara orang melakukan berbagai hal di suatu wilayah”, dan ini berlaku untuk seluruh budaya di sebuah negara, wilayah atau bahkan kampung kecil, serta budaya dalam berbisnis. Budaya adalah sekumpulan peraturan, seringkali tak tertulis, yang mengatur perilaku kita.

Kalau anda seperti saya, pindah dari Inggris ke Jepang, maka andapun akan terkaget-kaget melihat betapa berbedanya tata cara di kedua tempat! Reaksi pertama saya adalah bersemangat. Saya merasa seperti seorang penjelajah yang sedang memasuki sebuah dunia baru yang mengagumkan. Saya mencoba bahasa baru, lokasi baru, teknologi baru, dan standar-standar baru dalam hal berpakaian, transportasi, perilaku…segalanya penuh dengan hal-hal menarik dan berbagai kemungkinan. Inilah tahap satu culture shock. Tahap di mana anda merasa bersemangat. Tahap ini bisa berlangsung selama beberapa hari atau beberapa bulan.

Setelah beberapa lama, andapun mulai beradaptasi. Hal-hal yang sebelumnya terlihat menarik mulai terasa normal atau bahkan mulai terasa menyebalkan. Pada kasus saya, saya menemukan bahwa setelah mencoba beberapa bulan, saya baru menyadari bahwa saya benar-benar tidak suka makanan Jepang. Saya lupa betapa hebatnya sistem perkereta-apian di Jepang dan ramahnya pelayanan di toko-toko. Saya justru sibuk mencari berbagai cara supaya saya tidak harus makan sushi, sashimi, rumput laut, telur mentah, dan mie yang hambar. Saya benar-benar tidak suka (dulu dan sekarang!). Saya tak habis pikir kenapa membuang-buang makanan untuk menghasilkan menu yang sama sekali tidak enak (buat saya!). Saya juga mulai terganggu karena penampilan saya yang jelas-jelas “orang asing” membuat saya terlihat berbeda di tengah orang banyak, apalagi karena masyarakat Jepang selalu memandangi orang yang asing bagi mereka. Tahap ketidakpuasan ini berlangsung selama lebih dari enam bulan bagi saya.

Sesudahnya muncullah tahapan yang lebih seimbang. Saya mulai menerima bahwa ada beberapa aspek dalam budaya baru ini yang memang mengesankan, tapi ada juga yang menyebalkan, dan bahwa kita bisa saja memperoleh kehidupan yang seimbang dan menyenangkan di antaranya. Anda akan mulai berhenti merasa kesal akibat hal-hal yang tidak anda suka dan tidak bisa anda ubah, dan anda secara sadar menghargai aspek-aspek yang berguna bagi anda. Menurut perkiraan saya, tahapan penerimaan ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun.

Sayangnya, masih ada satu lagi tahapan culture shock yang harus anda hadapi. Tahap ini disebut “re-entry shock” atau shock ketika anda kembali ke negara asal. Ketika anda pulang ke negara asal anda, baik untuk kunjungan singkat atau pindah permanen, perbedaan antara kebudayaan di negara asal dan kebudayaan baru yang telah anda adaptasi akan mengakibatkan shock yang sama berulang. Hal-hal yang anda kenal baik dari masa kecil anda mulai sulit anda kenali. Beberapa di antaranya menyenangkan: suara orang bicara dalam bahasa asli anda, bertemu dengan sanak saudara. Tapi pasti akan ada hal-hal tertentu yang sebelumnya anda remehkan dan kini mulai terasa sulit dipercaya, kurang teratur, atau primitif. Pengalaman saya, setelah saya tinggal di Jepang selama 3 tahun, Inggris terasa sangat kurang teratur, kurang aman, dan kualitas pelayanan di berbagai toko dan alat transportasi umum sangat buruk. (Ini di akhir tahun 1970an, lho. Suasananya sudah jauh lebih baik sekarang!). Tapi toh tetap saja menyenangkan rasanya bisa bergabung dengan orang banyak tanpa terlihat berbeda, tanpa dipandangi seperti sesuatu yagn asing. Saya juga bisa membeli baju yang pas ukurannya! Sampai sekarang, saya masih merasakan gegar budaya ini, meskipun dalam skala kecil.

Itulah telaah singkat mengenai culture shock. Nah, bagaimana cara menghadapinya? Kabar baiknya adalah bahwa anda sudah memulai proses menghadapinya. Membaca tentang sebuah masalah sudah merupakan langkah awal untuk mempersiapkan anda menghadapinya dalam kenyataan. Semakin banyak anda membaca, terutama khusus mengenai tempat yang akan anda datangi, maka akan semakin mudah bagi anda untuk mencapai tahap penerimaan terhadap budaya baru. Besarnya kejutan yang anda alami tergantung dari mana anda datang, dan ke mana anda pergi. Jadi, akan sangat berguna kalau anda bisa bicara dengan orang-orang yang memahami apa saja perbedaan yang ada di kedua budaya, dan bagaimana memilih perbedaan-perbedaan penting yang perlu persiapkan.

Kalau anda tinggal di Jakarta, dan sedang mempersiapkan atau ingin tinggal di luar negeri untuk bekerja atau belajar, bicaralah kepada tim Aim. Meraka bisa membantu meminimalisir kejutan yang anda rasakan, dan mendorong anda memasuki tahap penerimaan dengan cepat. Di situlah sasaran anda; tahap di mana anda akan santai, produktif, dan tidak stress. Semoga berhasil!

Jadi, Bagaimana Rasanya Tinggal di “Barat”?

Mudah ditanya, tidak mudah dijawab.

Biar saya gambarkan dulu betapa sulitnya menjawab dengan membalik pertanyaan itu dan bertanya “Bagaimana rasanya tinggal di Indonesia?” Mungkin anda akan berkata bahwa seluruh pulau di sini berbeda, atau Jakarta berbeda dari tempat lain, dan toh semua tergantung dari kondisi ekonomi anda. Keluarga kaya yang tinggal di Jakarta mempunyai kehidupan yang betul-betul berbeda dari keluarga petani di Flores, misalnya.

Mungkin pertanyaan saya tadi perlu ditata ulang. Yang sebenarnya ingin anda ketahui adalah “Seperti apa rasanya buat saya, yang dibesarkan dan dididik di Indonesia, untuk tinggal dan belajar, atau bekerja, di London, atau Sydney? Atau kota besar lain di Amerika, Inggris, atau negara lain yang berbahasa Inggris?”

Sebagian dari jawabannya tergantung pada anda. Anda orang yang seperti apa? Apa yang senang anda lakukan? Makanan apa yang anda suka?

Lihat kan? Memang sulit untuk menjelaskan secara umum. Tapi barangkali saya bisa sedikit membantu dengan membuang beberapa kesalahpahaman yang umum.

Pertama, hanya karena negara-negara berbahasa Inggris punya ekonomi yang lebih maju dan angka GDP yang lebih tinggi, bukan berarti setiap warga negara di sana “kaya” menurut standar setempat. Ada perbedaan besar dalam hal kekayaan pribadi, sama seperti di Indonesia. Perbedaan ini tumbuh semakin besar selama dua dekade terakhir, dan rakyat miskin menjadi semakin miskin sementara yang kaya semakin kaya. Anda pasti akan melihat orang-orang yang tinggal di jalanan di kota besar manapun, dan ini mungkin mengejutkan bagi anda.

Kedua, tidak semua orang di negara tujuan anda akan memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan anda. Kalau anda lulusan universitas, hanya kurang dari setengah penduduk di negara manapun yang anda tuju yang punya gelar. Bahasa Inggris mereka mungkin lebih baik, tapi banyak juga yang tidak karena mereka juga baru tiba di negara itu!

Kesehatan adalah masalah ketiga. Orang-orang di negara yang anda datangi memiliki sistem kesehatan sendiri, yang memberi mereka usia harapan hidup tinggi dan akses cepat untuk mendapatkan perawatan. Tetapi sejauh mana anda bisa menggunakan fasilitas kesehatan ini perlu anda ketahui dulu dengan jelas sebelum anda berangkat. Standar pengobatan di Barat sangat tinggi, tapi biaya tidak murah. Anda perlu tahu siapa yang akan membayar perawatan anda kalau anda sakit, atau mengalami kecelakaan.

Poin keempat ada hubungannya dengan Bahasa Inggris itu sendiri. Anda akan mengetahui sejauh  mana bahasa Inggris yang sudah anda capai. Anda mungkin berharap bahwa anda akan siap berkomunikasi dengan warga setempat dalam bahasa Inggris.

Oops! Tidak juga. Sebetulnya, di Indonesia semua penutur asli bahasa Inggris yang pernah anda ajak bicara sudah terbiasa berkomunikasi dengan orang Indonesia yang memakai bahasa Inggris. Kemungkinan besar mereka memahami kesulitan rutin yang dialami orang Indonesia dalam berbahasa Inggris, dan memakluminya. Pastinya, para penutur asli ini dengan sengaja menggunakan bahasa Inggris yang sederhana, tanpa slang, gurauan, atau istilah khusus.

Di negara yang anda tuju, sangat jarang sekali warga lokal yang berpengalaman berkomunikasi dengan penutur bukan asli. Mereka akan banyak menggunakan slang atau singkatan, dan mungkin dengan aksen yang kuat. Mereka tidak akan tahu betapa sulitnya bagi anda memahami mereka, dan barangkali akan merasa kesal kalau anda tidak bisa mengikuti perkataan mereka dengan mudah. (Di Inggris, kadang orang berbicara keras kepada orang asing, seolah-olah orang asing itu tuli, padahal sebenarnya ia tidak mengenal ragam bahasa Inggris yang digunakan!)

Jadi, bersiaplah membiasakan diri mendengar warga setempat selama beberapa hari atau minggu. Pada akhirnya, anda akan lancar berbicara, tapi mungkin butuh waktu.

Sayangnya, masih ada ratusan hal yang bisa saya bicarakan. Bahkan tulisan singkat bukan cara untuk menjawab pertanyaan seperti yang ada di judul artikel ini. Kalau anda akan tinggal dan bekerja atau belajar di negara yang berbahasa Inggris, persiapan anda harus mencakup sesi tanya jawab tatap-muka dengan seseorang yang tahu tantangan yang akan anda hadapi. Kalau anda tinggal di Jakarta, atau bisa datang ke Jakarta, tim Aim akan dengan senang hati membantu menyusun rencana transisi anda dan  memberi kejelasan tentang apa yang anda ingin tahu, sambil membantu meningkatkan bahasa Inggris anda.

Outsourcing (versi Bahasa Indonesia

Dahulu kala, para ahli teori bisnis berpikir bahwa pekerjaan mereka adalah mengenai efisiensi dan sama sekali bukan mengenai politik. Mereka berpikir bahwa outsourcing (alih daya) merupakan sebuah gagasan yang sangat bagus karena dengan outsourcing sebuah perusahaan hanya perlu berfokus pada keahlian mereka saja (atau paling tidak begitu yang mereka pikir!) sambil membayar orang lain untuk melakukan berbagai macam pekerjaan yang perlu diselesaikan, di mana pekerjaan tersebut bukanlah bisnis inti mereka. Contoh pekerjaan ini misalnya periklanan, biasanya dikerjakan oleh spesialis kontrak, atau kebersihan, kantin, dan travel.

Saat ini di Amerika dan Eropa, sebagian kalangan memandang outsourcing sebagai ide kejam yang dirancang oleh kapitalis serakah untuk mengurangi lapangan pekerjaan di perusahaan, atau yang lebih mengerikan lagi – mengirimkan pegawai mereka ke negara-negara asing yang tidak layak. Serikat Buruh menentang hal semacam ini. Bahkan pemerintah Amerika Serikat sependapat dengan retorika populis yang bertujuan melestarikan “Lowongan kerja Amerika hanya untuk orang Amerika.”

Kenyataannya, teori yang selama ini ada memang benar dan pendapat para populis barat justru salah arah. Contoh yang ditampilkan oleh negara-negara Asia telah membuktikan hal ini.

Kunci keberhasilan ekonomi nasional suatu negara ternyata terletak pada keberhasilan bisnis-bisnis yang dijalankan oleh negara tersebut. Coba lihat apa yang terjadi di India, Cina, dan Vietnam selama beberapa dekade terakhir setelah pemerintah mereka mengurangi kontrol pusat dan menetapkan kebebasan berbisnis. Selain itu, keberhasilan bisnis juga tergantung pada produktivitas. Bahkan pada situasi tenaga kerja murah, perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang paling produktif. Pada akhirnya, perusahaan yang paling produktif adalah perusahaan yang paling internasional. Perusahaan semacam inilah yang paling terbuka terhadap ide-ide baru dalam teknologi atau manajemen. Dan merekalah yang kemungkinan besar akan ikut ambil bagian dalam rantai produksi internasional, yang merupakan salah satu fitur perekonomian Asia. Merekalah penguasa outsourcing!

Dalam bentuk yang paling sederhana, motto bisnis lama “fokuslah pada bidang keahlian Anda” benar-benar berhasil di dunia bisnis sekarang ini, selama bisnis yang dijalankan juga bekerja keras untuk meningkatkan produktivitasnya. Pelatihan merupakan salah satu faktor sumber daya yang memainkan peranan penting dalam meningkatkan produktivitas di bidang teknologi, praktek bisnis, maupun komunikasi. Pelatihan juga merupakan suatu bidang di mana outsourcing dapat memberikan keuntungan yang besar, terutama di bidang pelatihan bahasa yang membutuhkan spesialis dengan cara kerja yang berbeda dengan hasil yang maksimal.

Di Jakarta ada sekolah bahasa Inggris yang selama 5 tahun terakhir ini telah memantapkan diri sebagai penyedia pelatihan bahasa Inggris terkemuka untuk berbagai macam perusahaan. Sekolah bahasa Inggris tersebut telah dipercaya oleh banyak perusahaan swasta terkemuka serta perusahaan milik negara, departemen-departemen pemerintah, dan LSM untuk memberikan pelatihan bahasa Inggris dengan kualitas terbaik, sehingga merekapun memperoleh hasil yang terbaik pula. AIM for English adalah sebuah kisah sukses di Indonesia dalam bidang outsourcing.